Ulang Tahun dalam Islam
Dibawah ada petikan dr sebuah blog tentang Hukum Merayakan Ulang Tahun. Btw,, atikel ini di buat karena ada salah satu temen kita yang lagi ulang tahun niiih, jdi ga ada salahnya tuh buat ngingetin aza kali. hehehe, Lagi pula apa sih ulang tahun itu? Mgkn bagi ak lbh tepat kl ucapan ulang tahun, karena gak ada perayaan palingan cmn naktir temen2.. . ^_^
Ucapan ulang tahun, biasanya isinya wish you all the best. Allah pasti selalu memberi yg terbaik, cmn kadang kita gak paham kl itul yg terbaik. Jd, mending gini: Semoga yg terbaik menurutmu jg terbaik menurut Allah, nah impian mjd nyata kan?? :D
Ucapan ulang tahun mgkn jg dianggap sbg perhatian kpd temen setaun sekali. Ayolah, jgn cmn setaun sekali, kl ak mah lebih rela di beri perhatian dido’ain tiap hari meski kolektif dlm do’a muslimin muslimat, mu’minin mu’minat :D
Hari ulang tahun jg dianggap sebagai wujud rasa syukur dan mengingat kl umur semakin berkurang. Syukur harus tiap hari, bahkan tiap jam, tiap menit, tiap detik karena msh diberi Allah nikmat. Plg gak nikmat hidup-nikmat Islam dan kl kita sehat jg nikmat sehat. Nikmat hidup harus sll bareng sama nikmat Islam karena hidup tp gak Islam menurutku percuma. Tiap detik, tiap menit, tiap jam pula kesempatan kita untuk beribadah (ritual dan sosial) jg semakin berkurang. Gak perlu cmn tiap tahun kan?? :D
Nraktir temen2 biasanya jg di tempat yg lebih spesial dibanding biasanya, yg kemungkinan besar harga nya jg lebih mahal. Pdhl msh ada banyak org yg berkekurangan, yg mgkn bs menggunakan harga satu porsi makanan itu untuk bertahan hidup selama sehari untuk sekeluarga atau bahkan lebih. Kl nraktir gak dibarengin sama mengingat org2 yg berkebutuhan, mgkn manfaat nya jd minimal. Plg males deh kl liat toko yg sebelah kasirnya gak ada kotak amal -.-
Ulang tahun tanpa kado jg kerasa ngenes. Kado bukan di hari ulang tahun mgkn lebih surprise! :D
Jd ak cmn berusaha membuat hari ulang tahun seperti hari2 biasa, gak perlu spesial. Buat semua yg udah mention ak di twitter semoga mengerti, makasih ya. Semoga apa yg menurut kita terbaik untuk kita jg terbaik menurut Allah! :D
Nb: Sssst.. tp ak bakal msh tetep ngucapin hepi bDei ke fans2 ku (ingat! Putarbalikkan fakta. Fans nekin = idola nekin! :D) karena ak gak kenal mereka dan mgkn cmn tgl lahirnya yg ak tau. Keluarga jg msh dpt ucapan krn merekalah org2 utama yg harus di beri perhatian. Jd thn 2010 bakal jd thn terakhir ak ngucapin hepi bdei ke temen. Semoga diterima dg legowo :D
Perayaan ulang tahun atas kelahiran seseorang atau suatu organisasi tertentu tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu bila dilakukan, tidak bernilai ibadah.
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan ulang tahun yang diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan ulang tahun antara lain:
1. Ulang tahun bila sampai menjadi keharusan untuk dirayakan dianggap sebuah bid’ah. Sebab Rasulullah SAW belum pernah memerintahkannya, bahkan meski sekedar mengisyaratkannya pun tidak pernah. Sehingga bila seorang muslim sampai merasa bahwa perayaan hari ulang tahun itu sebagai sebuah kewajiban, masuklah dia dalam kategori pembuat bid’ah.
2. Ulang tahun adalah produk Barat/ non muslim.
Selain itu, kita tahu persis bahwa perayaan uang tahun itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama Islam. Sedangkan sebagai muslim, sebenarnya kita punya kedudukan yang jauh lebih tinggi. Bukan pada tempatnya sebagai bangsa muslim, malah mengekor Barat dalam masalah tata kehidupan.
Seolah pola hidup dan kebiasaan orang Barat itu mau tidak mau harus dikerjakan oleh kita yang muslim ini. Kalau sampai demikian, sebenarnya jiwa kita ini sudah terjajah tanpa kita sadari. Buktinya, life style mereka sampai mendarah daging di otak kita, sampai-sampai banyak di antara kita mereka kurang sreg kalau pada hari ulang tahun anaknya tidak merayakannya. Meski hanya sekedar dengan ucapan selamat ulang tahun.
3. Apakah Manfaat Merayakan Ulang Tahun?
Selain itu perlu juga kita renungkan sebagai muslim, apakah tujuan dan manfaat sebenarnya bisa kitadapat dari perayaan ini? Adakah nilai-nilai positif di dalamnya? Ataukah sekedar meneruskan sebuah tradisi yang tidak ada landasannya? Apakah ada di antara tujuan yang ingin dicapai itu sesuatu yang penting dalam hidup ini? Atau sekedar penghamburan uang?
Pertanyaan berikutnya,adakah sesuatu yang menambah iman, ilmu atau amal? Atau menambah manfaat baik pribadi, sosial atau lainnya? Pertanyaan berikutnya dan ini akan menjadi sangat penting, adakah dalam pelaksanaan acara seperti itu maksiat dan dosa yang dilanggar?
Yang terkahir namun tetap penting, bila ternyata semua jawaban di atas positif, dan acara seperti itu menjadi tradisi, apakah tidak akan menimbulkan salah paham pada generasi berikut seolah-olah acara seperti ini ‘harus’ dilakukan? Hal ini seperti yang terjadi pada upacara peringat hari besar Islam baik itu kelahiran, isra` mi`raj dan sebagainya.
Jangan sampai dikemudian hari, lahir generasi yang menganggap perayaan ulang tahun adalah ‘sesuatu’ yang harus terlaksana. Bila memang demikian, bukankah kita telah kehilangan makna?
Kalau menimbang-nimbang pernyataan di atas, ada baiknya kita yang sudah terlanjur merayakan ulang tahun buat anak atau bahkan untuk diri kita sendiri melakukan evaluasi besar.
Sebaliknya, mungkin ada baiknya pemikiran yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Al-Qradawi tentang ulang tahun untuk anak. Misalnya, pada saat anak itu berusia 7 tahun, tidak ada salahnya kita ajak dia untuk menyampaikan pesan-pesan dalam acara khusus tentang keadaannya yang kini menginjak usia 7 tahun. Di mana Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para orang tua untuk menyuruh anaknya shalat di usia itu.
Bolehlah dibuat acara khusus untuk penyampaian pesan ini, agar terasa ada kesan tertentu di dalam diri si anak. Bahwa sejak hari itu, dirinya telah mendapatkan sebuah tugas resmi, yaitu diperintahkan untuk shalat.
Nanti di usia 10 tahun, hal yang sama boleh dilakukan lagi, yaitu sebagaimana perintah Rasulullah SAW untuk menambah atau menguatkan lagi perintah shalat. Kali ini dengan ancaman pukulan bila masih saja malas melakukan shalat. Bolehlah diadakan suatu acara khusus di mana inti acaranya menetapkan bahwa si anak hari ini sudah berusia 10 tahun, di mana Rasulullah SAW membolehkan orang tua memukul anaknya bila tidak mau shalat.
Kira-kira usia 15 tahun lebih kurangnya, ketika anak pertama kali baligh, boleh juga diadakan acara lagi. Kali ini orang tua menegaskan bahwa anak sudah termasuk mukallaf, sehingga semua hitungan amalnya baik dan buruk sejak hari itu akan mulai dicatat. Bolehlah pada hari itu orang tua membuat acara khusus yang intinya menyampaikan pesan-pesan ini.
Jadi bukan tiap tahun bikin pesta undang teman-teman, lalu tiup lilin, potong kue, bernyanyi-nyanyi, memberi kado. Pola seperti ini sama sekali tidak diajarkan di dalam agama kita dan cenderung tidak ada manfaatnya, bahkan kalau mau jujur, justru merupakan cerminan dari sebuah mentalitas bangsa terjajah yang rela mengekor pada tradisi bangsa lain.
Bukankah Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya? Lalu mengapa kita bangsa Islam ini harus mengekor pada tradisi bangsa lain yang jauh lebih rendah?
Mungkin jawabannya yang paling jujur adalah…istafti qalbak….
Mintalah fawa kepada hati nuranimu…